Sponsored Post
*PROKLAMASI RASA*
Wahai engkau—lenteraku di kegelapan yang sunyi,
izinkan aku merangkai untaian rasa yang tak terbendung oleh kata.
Engkau seperti senandung sunyi malam, menjelma harmoni dalam kekacauan hatiku.
Bertemu hadirmu, bagaikan berdansa di bawah hujan mimpi yang meluruhkan kesendirian.
Senyummu ibarat mentari yang menembus kabut pagi; menghangatkan namun menenangkan.
Tatapanmu bagai samudra biru yang tiada bertepi, menarikku tenggelam dalam gelombang harapan.
Kamu adalah puisi yang ditulis takdir di langit, diselipkan di antara bintang agar aku tak lupa bermimpi.
Sebagaimana rembulan bersinar menembus dinginnya malam, demikianlah kehadiranmu di mataku—
menjadi terang yang takkan pernah pudar meski gulita mengintai.
Sebagaimana cakrawala melukis keabadian, begitulah cintaku yang membentang untukmu.
Engkau tak perlu tahu betapa gigih aku mendoakan namamu pada semesta,
atau bagaimana aku memahat harapan di angkasa untuk kita.
Yang perlu kau tahu hanyalah satu hal,
bahwa selama bulan tetap menerangi malam,
aku akan menjadi bintang yang setia melingkupimu.
Engkau adalah pelukis takdir dalam mimpiku,
dan aku hanyalah seutas syair yang mengembara,
mencari rumah di dalam jiwamu.
🌙✨