Tinta Keberanian dan Tekad
Denting jam membaur pada pekatnya gulita,
Lentera penerang pun telah padam, menyisakan temaram.
Tetapi, kantuk itu tak jua kunjung datang.
Sebaliknya, riuh megah isi kepala menciptakan kalut,
Membalut kian berlarut, seakan menjeratku dalam mimpi buruk.
Layaknya diriku terpaku di balik jendela kaca,
Yang menampilkan singgasana malam yang dingin dan sunyi.
Benakku justru berkelana, terlempar pada sudut memori usang,
Namun sanggup menghadirkan sayatan pedih,
Yang bekasnya bahkan enggan memudar hingga detik ini.
Aku teringat janji manis yang terukir di hati,
Janji yang kini sirna, meninggalkan luka yang menganga.
Di sanalah awal mula semestaku menjelma kelabu,
Kala harapan yang mekar harus layu sebelum waktunya.
Namun, aku tahu, hidup tak selalu menawarkan bunga yang mekar.
Laksana bunga yang tak sempat mekar,
Namun dipaksa layu—meninggalkan jejak-jejak pilu membiru.
Acapkali dihantui esensi kelam yang memburu,
Menghukumku dengan kenangan pahit yang tak terlupakan.
Namun, aku tak akan menyerah.
Aku akan bangkit dari keterpurukan ini,
Mencari kekuatan dari dalam diri,
Untuk merangkul masa depan yang cerah.
Aku akan buktikan bahwa jiwa ini tak mudah tertunduk,
Aku akan melangkah maju, dengan keyakinan dan semangat yang baru.
Mungkin benar, garisan takdir yang terangkai untukku ialah disulam,
Dari pena dengan elegi sebagai tintanya.
Namun aku akan menulis ulang kisahku,
Posting Komentar untuk "Tinta Keberanian dan Tekad"
Posting Komentar