Lilin Redup
Jiwa ini bergetar tak menentu,
Kata-kata terurai bak debu ditiup angin senja,
Mencoba menorehkan kisah terakhir untukmu,
Di lorong sunyi perpisahan yang menelan jiwa.
Tempo hari, duka mengiris kalbu saat kabar tentang usia yang kian memendek menyentuh telingaku.
Bintang ku, mengapa waktu bersamamu merasa seperti denyut jantung yang meredup?
Mengapa takdir tega mencabik-cabik harapanku,
Merampas masa depan yang terhampar cerah bersamamu?
Bintang ku, kamu laksana lilin yang terus bernyala di tepian kegelapan,
Namun, sinarnya semakin redup, nyala api semakin tipis,
Membuat hatiku merana dalam kesedihan yang mendalam.
Kamu bagaikan melodi sendu yang bergema di tengah badai,
Dan aku, hanyalah penikmat melodi pilu yang tak kunjung usai.
Bintang ku, aku takut menghadapi kehilangan,
Takut menghadapi kehampaan yang menghantui setelah kepergianmu,
Dan teror bahwa hidupku akan menjadi malam abadi tanpa kehadiranmu.
Ketakutan ini merayap di setiap sudut jiwaku,
Malam-malam tanpamu semakin mencekam.
Bagaimana jika ini adalah malam terakhir kita bersama,
Dan aku tak bisa lagi memelukmu erat?
Bintang ku, aku mencintaimu seperti bait-bait puisi yang menyayat jiwa,
Seperti melodi sendu yang tak kunjung henti.
Aku mencintaimu, dalam kesedihan yang tak terlukiskan oleh kata-kata.
Namun, aku takkan menyerah,
Aku akan mencari cahaya di tengah gulita,
Mencari kekuatan untuk menerima takdir yang telah ditentukan.
Aku akan menorehkan kisah kita dalam lembaran kenangan,
Agar cinta kita tak pernah padam, meski kau telah pergi.Belanja Dan dukung disabilitas
Posting Komentar untuk "Lilin Redup"
Posting Komentar